Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini
sering kita melihat seorang anak bersemangat ketika bermain
dengan benda-benda yang menarik dan berwarna-warni, bahkan ketika disibukkan
dengan mainannya sampai-sampai lupa waktu makan dan merasa dunia ini hanya ada
dia dan mainannya, “mainanku adalah duniaku” mungkin itu tutur mereka dalam
hati sehingga mereka begitu terbius dalam mainannya, bermain merupakan
kegiatan utama anak oleh karena itu pendidikan anak usia dini dilakukan
menggunakan prinsip bermain, Isenberg dan Quisenberry (1998) menyatakan “play – a dinamic, active and constructive
behaviour – is a necessary and
integral part of childhood, infancy through adolescense”, bagi anak, benda
apa saja dapat dijadikan permainan. Di saat anak bermain anak berinteraksi
dengan objek dan secara sadar atau tidak sadar ia belajar atribut dari objek
tersebut. Maria Montessori berkata “anak bekerja dengan bermain”.
Kita sering mendengar anak ngoceh ketika bermain, ternyata ketika
mereka mengoceh anak sedang
mengungkapkan ide pikirannya. Proses tersebut dikenal dengan istilah thinking aloud, suatu proses berpikir
yang oleh Lev Vygotsky seorang psikolog dari Rusia dikenal dengan istilah internal speech dimana anak bertanya pada
dirinya, dibuktikan dengan melakukan percobaan pada objek dan diambil
kesimpulan secara mandiri untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Dengan kata lain bemain dengan objek dapat
mengembangkan aspek intelektual.
Sebagai pendidik anak usia dini sebenarnya kita sudah sering menjumpai tipe anak yang berbeda-beda dalam mengembangkan kecerdasannya, jika kita dihadapkan dengan tipe anak seperti ini bagaimana seharusnya kita bersikap ? membiarkannya asik dengan dunia bermainnya ? atau secara pelan-pelan mengarahkannya ke dalam kegiatan lain yang berimbang ? jawabannya ada di dalam hati kita masing-masing, idealnya jika kondisi tersebut di dalam kelas kita, sebagai seorang guru kita harus membuat sebuah time management yang baik dalam pembelajaran, terlalu banyak bermain mengakibatkan kecerdasan yang lain tidak berkembang secara maksimal, seperti kecerdasan emosional dan sosial karena terlalu asik dengan dunia bermainnya, sebaliknya jika anak tidak dibolehkan bermain maka juga akan berdampak pada psikologis anak dia akan cepat marah dan ngambek , sikap terbaik kita adalah berada ditengah - tengah, membiarkannya bermain dan selalu mengingatkan kalau bermain itu ada waktunya dan masih banyak hal menarik untuk dilakukan selain bermain dengan mainannya.
0 komentar for "Bermain bagi Anak, Baikkah ?"
Posting Komentar