Tiap huruf yang ku terima tiap kata yang ku eja tiap kalimat yang sebenarnya aku tak mengerti apa maksudnya, oh iya aku lupa kalau aku ini masih TK, tapi kenapa ya aku sudah harus bisa membaca ? penggalan dialog fiktif diatas mungkin yang pernah dirasa anak ketika sedang asyik bermain dan bercengkerama dengan temannya dan diminta untuk maju ke depan untuk mengeja huruf dan menuliskan kata demi kata yang sering dilakukan oleh seorang guru, inilah dinamika pendidikan anak usia dini di negara kita tercinta, para orang tua menciptakan sebuah iklim pemaksaan kepada anak-anaknya untuk bisa membaca, berhitung dan aktifitas kognitif lainnya yang notabene tidak adil dan secara tidak langsung akan mengkerdilkan kecerdasan-kecerdasan anak yang lain, seorang guru TK dituntut untuk membangun sebuah pondasi kecerdasan sebelum masuk usia sekolah mereka harus bekerja ekstra keras mendidik dan mengajar anak yang terkadang porsi mengajarnya lebih besar daripada porsi mendidiknya, bukan salah mereka sebenarnya ketika mereka melakukan semua itu, memang sebagian besar kita sebagai orang tua bangga jika anak kita yang baru TK bisa membaca, menulis dan berhitung, tapi apakah kita semua sadar apa yang sebenarnya dibutuhkan anak untuk menghadapi dunianya yang masih begitu panjang?.
Anak usia dini sebenarnya berada dalam masa keemasan, dalam perkembangannya terdapat milyaran sel saraf yang masih dalam tahap berkembang di dalam otak, ketika ada rangsangan melalui sensor/indra mereka saraf-saraf dalam otak tersebut akan terhubung secara maksimal dan nantinya akan menjadikan anak tersebut berkembang secara baik. Selama ini faktor kognitif atau kecerdasan kognitif yang didengung-dengungkan sebagai paramater bahwa anak itu cerdas, benarkah ? apakah kita mengira ketika anak mencium tangan kita berarti mereka itu tidak cerdas ? apakah kita mengira ketika mereka bertanya tentang suatu hal berarti mereka itu tidak cerdas ? apakah kita juga mengira ketika mereka bisa memainkan alat musik, berkomunikasi dengan hewan peliharaannya itu tidak cerdas ? silahkan bertanya pada diri kita sendiri, sejauh mana kasih sayang kita terhadap anak kita berikan, sejauh mana perhatian dan pendidikan kita berikan, jauh dalam lubuk hatinya anak sebenarnya tidak butuh kemewahan mereka hanya butuh keceriaan, ceria karena kasih sayang orang tuanya yang tak hanya berhenti pada pemenuhan materialnya saja, tetapi juga pemenuhan dari sisi yang lain yaitu kasih sayang dan perhatian. Jadi masihkah kita memaksa anak usia dini untuk bisa membaca ?
Anak usia dini sebenarnya berada dalam masa keemasan, dalam perkembangannya terdapat milyaran sel saraf yang masih dalam tahap berkembang di dalam otak, ketika ada rangsangan melalui sensor/indra mereka saraf-saraf dalam otak tersebut akan terhubung secara maksimal dan nantinya akan menjadikan anak tersebut berkembang secara baik. Selama ini faktor kognitif atau kecerdasan kognitif yang didengung-dengungkan sebagai paramater bahwa anak itu cerdas, benarkah ? apakah kita mengira ketika anak mencium tangan kita berarti mereka itu tidak cerdas ? apakah kita mengira ketika mereka bertanya tentang suatu hal berarti mereka itu tidak cerdas ? apakah kita juga mengira ketika mereka bisa memainkan alat musik, berkomunikasi dengan hewan peliharaannya itu tidak cerdas ? silahkan bertanya pada diri kita sendiri, sejauh mana kasih sayang kita terhadap anak kita berikan, sejauh mana perhatian dan pendidikan kita berikan, jauh dalam lubuk hatinya anak sebenarnya tidak butuh kemewahan mereka hanya butuh keceriaan, ceria karena kasih sayang orang tuanya yang tak hanya berhenti pada pemenuhan materialnya saja, tetapi juga pemenuhan dari sisi yang lain yaitu kasih sayang dan perhatian. Jadi masihkah kita memaksa anak usia dini untuk bisa membaca ?
0 komentar for "Ibu, Jangan Paksa Aku Membaca"
Posting Komentar